TNI Juga Manusia
Banyak yang lupa kalau pada saat bencana, TNI salah satu yang pertama kali turun. Jauh dari keluarga, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan.
Banyak yang lupa kalau di perbatasan, TNI bersedia menjadi guru atau paramedik tanpa dibayar.
Banyak yang lupa, ada pula perorangan TNI yang menyelamatkan orang dari hampir terjadinya perkosaan, perkelahian, perampokan, atau pertengkaran. Semua kebaikannya lenyap ketika ada berita keburukannya.
Banyak yang lupa kalau di pulau-pulau terluar, TNI yang berjaga kadang harus jauh dari keramaian, makan dan minum seadanya karena tidak ada listrik di sana. Kadang kalau ombak tinggi, di beberapa pulau tertentu, mereka harus mengumpulkan air hujan untuk dijadikan air minum karena di sana tidak ada PDAM atau air mineral galon yang kadang selalu mereka impikan setelah berada di pulau itu berbulan-bulan.
Banyak yang lupa, kalau TNI pernah mengintersep pesawat terbang US di Bawean meski dari persenjataan kalah telak, atau menabrakkan kapal perang yang terbuat dari fiber ke kapal perang negeri tetangga yang terbuat dari baja, atau berjalan kaki patroli di hutan belantara perbatasan. Perang mereka pasti berani, tapi pertimbangan perang bukan hanya karena ego saja. Ada pertimbangan rakyat lebih banyak.
kami tidak pernah takut dengan ancaman luar. Jika pemimpin menginginkan perang, mereka akan perang. Jika diperintah maju, mereka akan maju. Itu amanat mereka .
Mereka tidak memiliki rasa takut meski alat mereka terbatas, kapal perang harus berpatroli bergantian karena BBM kami terbatasi, atau senjata mereka sudah tua ketika senjata-senjata modern sudah berdatangan di negara tetangga. Tapi perang selalu berakibat seorang anak kehilangan ayahnya, seorang istri kehilangan suaminya, seorang ayah kehilangan anak prajuritnya. Untuk memutuskan perang dibutuhkan banyak pertimbangan. Bukan hanya takut atau berani. Tapi juga efek jangka panjangnya. Kalau berani, mereka akan selalu berani.
Banyak yang lupa, kalau salah satu operasi penyelamatan terbaik di dunia pernah dilakukan TNI ketika operasi penyelamatan sandera WOYLA. Penyelamatan di Mapenduma juga dipuji dunia. Di kalangan pasukan perdamaian, TNI juga dihargai karena profesionalitas dan keramahannya.
Banyak yang lupa kalau TNI menembak separatis, semua lembaga akan berteriak melanggar HAM, tapi giliran TNI ditembak separatis, bahkan dalam keadaan tidak bersenjata pun, tidak ada yang berteriak tentang HAM.
Banyak yang lupa, kalau TNI juga manusia. Punya rasa amarah, punya rasa ingin dihargai sebagaimana semua orang apa pun profesinya ingin dihargai. Akan tetapi, sebagaimana berbagai profesi, akan selalu ada oknum yang menyalahgunakan profesinya, tidak hanya TNI. Ada oknum-oknum yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Tapi tetap bukan profesinya yang melakukannya, tapi orang dibaliknya.
Saya masih bangga dengan TNI di balik semua kekurangan dan kelebihannya.
Semoga bisa memperbaiki diri.